Puluhan Babi Mati Mendadak Tanpa Luka, Tim KSDA Agam Kumpulkan Data

Sariagri - Puluhan ekor babi liar di Maua Hilia, Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat ditemukan mati mendadak. Diduga penyebab kematian hewan itu akibat African Swine Fever (ASF) atau virus flu babi Afrika. Peli (40) warga Maua Hilia, di Lubuk Basung, mengatakan puluhan babi liar itu ditemukan mati di beberapa titik di kebunnya. Saat ditemukan, kondisi hewan itu telah membusuk. "Babi itu saya temukan dalam kondisi membusuk di beberapa lokasi satu bulan lalu," katanya. Menurut Peli, saat membersihkan kebun dirinya mencium bauk tidak sedap. Dia kemudian mencari asal bauk itu dan menemukan tiga ekor bangkai babi. Setelah itu, dia membersihkan kebun di lokasi lain dan kembali mencium bauk tidak sedap. "Saya menemukan bangkai babi di beberapa lokasi dengan jumlah 15 ekor," ungkapnya. Beberapa hari kemudian, dia juga menemukan bangkai babi di lahan pertanian miliknya. Dia heran karena jumlah babi yang mati cukup banyak, sehingga menanyakan kepada warga lain apakah ada warga yang berburu di daerah itu. "Kalau ada orang yang berburu, maka babi yang mati hanya satu sampai dua ekor dan bangkai itu pasti terluka. Sementara bangkai babi yang saya temukan tidak ada yang terluka," katanya. Kepala Resor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Ade Putra mengatakan timnya sedang mengumpulkan data mengingat kejadian sudah berlangsung pada awal November 2021 atau satu bulan lalu. Pihaknya juga berkoordinasi dengan instansi terkait lainnya. "Kondisi bangkai babi sudah rusak dan kami sedang melakukan koordinasi dengan instansi terkait lainnya," katanya. Sebelumnya di Kabupaten Pasaman Barat juga dilaporkan puluhan babi mati mendadak pada 2020. Pada 2019, Kementerian Pertanian menyatakan Indonesia dalam siaga satu menghadapi virus flu babi. Berbagai langkah dengan melibatkan sejumlah pihak telah dilakukan guna mencegah dan penanganan virus itu. Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Agam, Farid Muslim menambahkan kematian babi secara mendadak belum bisa dipastikan apakah terpapar virus ASF, karena perlu uji laboratorium terhadap sampel organ tubuh hewan itu. Pihaknya belum mendapatkan laporan kematian babi dari warga. Jika nanti ditemukan babi mati mendadak perlu dilakukan pengambilan sampel organ tubuhnya untuk dilakukan uji laboratorium di Balai Veteriner sehingga dapat diketahui apakah terpapar ASF atau tidak. "Kita belum dapat memastikan apakah babi terpapar ASF," katanya. Tanda-tanda klinis ASF antara lain kemerahan di bagian perut, dada, scrotum, diare berdarah, berkumpul bersama dan kemerahan pada telinga, demam (41 derajat celsius), konjungtivitis, anoreksia, ataksia, paresis, kejang, kadang-kadang muntah, diare atau sembelit. ASF dapat menyebar melalui kontak langsung, serangga, pakaian, peralatan peternakan, kendaraan dan lainnya. Video terkait:
http://dlvr.it/SJD3bc

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama