Sariagri - Pandemi COVID-19 berkepanjangan mengakibatkan penjualan aneka buah-buahan yang dihasilkan para petani di Desa Cepokolimo, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur mengalami penurunan drastis.
Menyikapi hal itu, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menciptakan suatu alat inovasi berupa pemanas elektrik guna meningkatkan nilai jual buah di desa tersebut.
Dosen pendamping tim KKN Abmas ITS, Prof Drs Basuki Widodo MSc PhD mengatakan pemanas elektrik ciptaan mereka bisa bermanfaat bagi warga desa karena mampu menurunkan permasalahan limbah makanan (food waste) berupa buah tak laku jual karena penyusutan kualitas.
“Buah yang tidak laku karena sudah tidak segar atau terbuang tetap bisa dimanfaatkan dengan cara diolah menggunakan alat pemanas elektrik,“ ujar Dosen pendamping tim KKN Abmas ITS, Prof Basuki Widodo dalam rilis yang dibagikan kepada Sariagri, Sabtu (4/12).
Lebih detail, Prof Basuki menyebutkan alat inovasi ini dapat digunakan untuk mengeringkan daging buah hasil produksi warga yang sudah tidak memiliki nilai jual sehingga tetap bisa dikonsumsi.
“Buah yang tidak laku karena penurunan mutu sayang jika dibuang. Namun itu semua tetap bisa diolah menjadi jenis makanan baru yaitu fruit leather,” terangnya.
Prof Basuki menjelaskan Fruit Leather ini berbentuk lembaran tipis dengan tekstur seperti plastik dan kenyal. Selain itu, fruit leather ini memiliki rasa manis tanpa menghilangkan ciri khas rasa asli dari buah.
“Buah yang biasa digunakan untuk pembuatan fruit leather yaitu stroberi, mangga, jambu biji, sirsak, dan campuran nanas. Selain itu, dapat juga dengan mengkombinasikan beberapa jenis buah untuk cita rasa yang unik,“ urainya.
Adanya inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan umur simpan serta meningkatkan penganekaragaman pengolahan pangan.
“Dengan begitu, Desa Cepokolimo dapat meningkatkan nilai jual buah mereka,” ucap guru besar Departemen Matematika tersebut.
Alumnus doktoral Leeds University, Inggris ini membeberkan pemanas listrik tersebut menyerupai sebuah mesin oven dengan kapasitas yang cukup besar.
Mesin pemanas ini sanggup memuat sekitar 15 loyang, dengan spesifikasi dimensi panjang 90 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 75 cm.
“Alat ini diciptakan dalam kurun waktu tiga minggu dan dalam mendesain alat butuh waktu empat hari,” ujar Basuki lebih detail.
Pemanas elektrik ini memiliki konsep elemen pemanas tubular (tubular heating element) dengan menggunakan gulungan kawat pengikat koil. Adapun kawat tersebut dimasukkan ke dalam pipa dan dituang bersama bubuk isolator.
Instalasi ini, lanjutnya, dapat meneruskan panas dan menjadi isolator yang baik, sehingga arus listrik tidak menembus dan mengalir pada pipa pembungkusnya.
Material pipa yang digunakan untuk membungkus pemanas tubular adalah stainless steel 30 millimeter. Selain itu, tim KKN Abmas ITS ini juga menggunakan thermostat elektrik yang berfungsi untuk menjaga suhu agar tetap konstan.
“Thermostat akan memutus daya jika suhu yang dihasilkan oleh pemanas tubular mencapai lebih dari 80 derajat celcius, “ terangnya.
Jika suhu yang diberikan oleh pemanas tubular menurun, maka daya akan kembali menyala secara otomatis.
“Mesin ini memerlukan daya sebesar 600 watt dan memerlukan waktu sekitar 12 jam,” jelas Basuki.
Ia mengungkapkan harapannya terkait adanya penciptaan alat pemanas elektrik Ini bisa bermanfaat bagi para petani buah.
“semoga para petani penghasil buah di Desa Cepokolimo dan desa lainnya dapat meningkatkan kualitas olahan buah mereka. Sekaligus dapat mengurangi terjadinya food waste di lingkungan desa,” pungkasnya.
Video Terkait:
http://dlvr.it/SJ5s6P
http://dlvr.it/SJ5s6P